Ojo di Bandingke,, Tampil Di istana Negara Saat HUT RI ke 77

majapahittv.com .Ada yang unik dalam perayaan kemerdekaan Indonesia ke 77 tahun 2022 ini khususnya melihat apa yang terjadi di kalangan istana negara. Di tengah keriuhan drama kasus pembunuhan yang melibatkan Ferdi Sambo yang tak kunjung usai, rakyat justru terhibur dengan sentuhan humanis dari istana negara. Bagaimana tidak, nyanyian lagu penyanyi cilik Farel Prayoga yang sempat viral sukses “menghipnotis” Presiden Jokowi dan jajaran menteri serta pejabat negara lainnya sehingga mereka terhibur dan pulang dengan hati senang, riang dan gembira. Merasa terhibur, kalangan menteri pun turun panggung untuk aktif berjoget, sesuatu yang sungguh tidak biasa dalam merayakan momentum kemerdekaan sebuah negara.
Kegiatan menghibur seperti bernyanyi dan berjoget sejatinya lebih sering kita lihat dalam kegiatan konser dangdut yang melibatkan rakyat kalangan bawah. Tetapi kali ini berbeda, alunan lagu “Ojo Dibandingke” ternyata mampu membius para pendengarnya untuk meninggalkan bangkunya untuk berdiri dan ikutan bernyanyi. Ada juga menteri yang katanya sudah dapat izin Presiden Jokowi akhirnya turun panggung tanpa harus merasa malu-malu dan berjoget yang disaksikan jutaan pasang mata baik secara langsung maupun melalui media cetak dan online.
Jika diamati, bukan sekedar joget biasa apa yang terjadi di istana negara kali ini, melainkan ada dua nilai penting yang ingin disampaikan kepada masyarakat luas. Pertama, apresiasi terhadap nilai dan kebudayaan lokal, dimana lagu Jawa yang dinyanyikan Farel selain menghibur juga menjadi proses mengenalkan Indonesia melalui budaya Jawa ke seluruh pelosok dunia dan kalangan internasional. Farel, sosok bocah kelahiran 8 Agustus 2010 sukses melanjutkan promosi budaya Jawa melalui lagu sebagaimana sebelumnya sudah dipopulerkan penyanyi Didi Kempot yang pernah menyentak perhatian publik. Dengan majunya Farel di istana negara, kita kembali menemukan bagaimana kebudayaan dengan cita rasa lagu berbahasa daerah sangat memungkinkan semakin berkembang, menjadi pemenang dan kebanggaan masyarakat di tengah arus globalisasi dan gempuran modernitas yang belakangan marak terjadi di berbagai negara termasuk Indonesia.
Kedua, lirik lagu yang menceritakan agar tidak usah membandingkan menjadi cara halus mengkritik kelompok oposisi yang selama ini terkadang membandingkan era kepemimpinan Jokowi dengan pemimpin Indonesia sebelumnya. Padahal jelas, setiap pemimpin memiliki ciri khas dan karakter yang berbeda, termasuk keunggulan dan kelemahan pemimpin itu sendiri. Melalui sentuhan lagu tidak dibandingkan, apalagi Farel di akhir lagu menegaskan “di hati ini hanya ada pak Jokowi” menegaskan bagaimana dukungan dan kecintaan rakyat Indonesia kepada kepemimpinan Pak Jokowi yang bersama jajarannya mampu membuat Indonesia sukses melewati krisis yang ada. Kalimat jujur Farel menjadi tanda bahwa rakyat Indonesia akan selalu setia mendampingi Jokowi sampai akhirnya sukses di akhir jabatannya pada tahun 2024 mendatang. INGGAR Saputra M,si