majapahittv.com Ketahanan pangan dalam jangka panjang memerlukan strategi supaya terwujudnya pangan yang bisa memberikan kesejahteraan untuk masyarakat dalam skala nasional.
Dalam konteks ketahanan pangan memerlukan dimensi bidang yang membutuhkan kolaborasi untuk mewujudkan itu semua, antara lain adalah ketersediaan makanan, dimensi aksesibilitas, pemanfaatan gizi, dan keberlanjutan produksi pangan yang bisa menambah jumlah panen. Ketahanan pangan menjadi isu yang krusial dalam membawa seluruh lapisan masyarakat memperoleh akses pangan yang cukup, bergizi dan dengan harga yang terjangkau. Hal ini akan memberikan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas gizi masyarakat Indonesia sehingga bisa dalam jangka panjang bisa mewujudkan Indonesia menuju Indonesia Emas di tahun 2045.
Ketahanan pangan terdiri dari empat pilar utama yang saling berkaitan. Pilar pertama adalah Ketersediaan Pangan, yang mencakup cukupnya pasokan pangan yang dapat diakses oleh masyarakat, baik dari sektor produksi domestik maupun impor. Pilar kedua adalah Akses Pangan, yang mengacu pada kemampuan individu atau keluarga untuk memperoleh pangan yang mereka butuhkan, baik dari segi ekonomi maupun distribusi. Pilar ketiga adalah Pemanfaatan Pangan, yang berfokus pada penggunaan pangan yang bergizi, dengan memperhatikan pola makan yang sehat dan bergizi seimbang. Pilar terakhir adalah Stabilitas Pangan, yang memastikan konsistensi ketersediaan dan akses pangan sepanjang waktu tanpa adanya gangguan besar, seperti bencana alam atau krisis ekonomi.
Indonesia dihadapkan pada salah satu isu global yaitu isu perubahan iklim.
Perubahan iklim menjadi salah satu masalah utama, karena Indonesia rawan bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan fenomena cuaca ekstrim lainnya yang dapat merusak hasil pertanian dan mengganggu stabilitas pangan. Selain itu, ketergantungan pada impor pangan strategis, seperti beras, jagung, kedelai, dan gula, membuat Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga dunia dan ketidakstabilan pasokan.
Keterbatasan lahan pertanian juga menjadi kendala besar, dengan semakin terbatasnya luas lahan yang tersedia akibat konversi untuk pembangunan perumahan dan industri. Di samping itu, meskipun Indonesia memiliki produksi pangan yang cukup secara nasional, terdapat kesenjangan akses pangan yang mengakibatkan ketimpangan dalam distribusi pangan di berbagai daerah. Beberapa wilayah masih menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pangan yang bergizi. Tantangan sumber daya alam dan infrastruktur juga perlu diperhatikan, karena keterbatasan infrastruktur transportasi dan distribusi pangan menghambat efektivitas penyebaran pangan ke daerah-daerah yang membutuhkan, sementara degradasi sumber daya alam seperti tanah dan air turut mengancam keberlanjutan produksi pangan.
Untuk mengatasi tantangan ini, Indonesia memerlukan serangkaian strategi yang melibatkan berbagai sektor. Salah satunya adalah penguatan sektor pertanian, dengan meningkatkan produktivitas pertanian melalui penerapan teknologi yang ramah lingkungan, seperti pertanian presisi dan penggunaan varietas tanaman unggul yang lebih tahan terhadap perubahan iklim dan hama. Selain itu, meningkatkan keberagaman pangan untuk mengurangi ketergantungan pada beberapa komoditas utama, seperti beras, juga menjadi langkah penting.
Pengembangan infrastruktur yang mendukung distribusi pangan juga perlu dilakukan, termasuk pembangunan sistem transportasi dan fasilitas penyimpanan pangan yang lebih efisien, untuk mengurangi pemborosan dan meningkatkan ketersediaan pangan di pasar. Pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan melalui konservasi tanah, penggunaan pupuk organik, dan pengelolaan air yang bijaksana juga sangat penting untuk menjaga keberlanjutan produksi pertanian. Diversifikasi pangan dengan menggalakkan konsumsi pangan lokal yang lebih beragam, seperti umbi-umbian, jagung, dan sagu, dapat membantu mengurangi ketergantungan pada beras sebagai sumber karbohidrat utama. Selain itu, kebijakan pangan yang pro-petani dan masyarakat juga diperlukan, seperti memberikan dukungan kepada petani kecil dan menengah, serta menjaga stabilitas harga pangan agar lebih terjangkau oleh masyarakat luas.
Selain kebijakan dan strategi sektor pertanian, edukasi dan penyuluhan juga dibutuhkan dalam meningkatkan nilai dan pengetahuan tentang bertani. Hal ini perlu sosialisasi kepada masyarakat supaya mendorong pengolahan pangan lokal dan mengoptimalkannya, sehingga tidak tergantung pada padi. Hal ini akan mengurangi impor pangan dalam berlahan, sehingga dalam kurun waktu yang ditentukan bisa menekan angka impor.
Teknologi dapat memberikan peran penting dalam memberikan kontribusi terhadap ketahanan pangan.
Dengan adanya kemajuan digital dan teknologi petani dapat mengakses informasi luas terkait dengan pasar dan juga dapat memperoleh pengetahuan dengan belajar bertani melalui aplikasi digital yang mendukung. Hal ini bisa memberikan strategi petani dalam menerapkan sistem yang efektif supaya bisa bertani yang efektif sehingga menghasilkan lebih banyak hasil panen secara optimal.Dengan langkah-langkah strategis ini, Indonesia dapat meningkatkan ketahanan pangannya dan mewujudkan kemandirian pangan yang berkelanjutan untuk mendukung kesejahteraan masyarakat secara lebih luas demi mewujudkan negara yang gemah ripah lohjinawi dan menjadi negara yang makmur.
Oleh:
Agus Sugiharto
(Mahasiswa Doktoral Ilmu Sosial Universitas Diponegoro, Founder Goolin Indonesia) mpt.