Diskusi Publik: Menjaga Alam, Manusia Harus Jaga Konsep Jawa

Majapahittv.com – Media Literasi di antaranya Majapahittv.com, beritakin.com trenzindonesia.com, Perempuannusantara.com, indocf mengadakan diskusi publik, yang dipandu oleh Zakiyah S.pd.
Manusia harus membangun dan memperkuat kesalehan individu, kesalehan sosial, semangat toleransi dan gotong royong agar tercipta keseimbangan hidup dengan alam semesta.
Dalam konteks pendidikan, manusia harus mampu menciptakan sinergis antara nilai kebangsaan, etika dan logika agar mampu menciptakan manusia merdeka belajar.
Hal itu disampaikan Dr Herawati dalam webinar filosofi jawa bertemakan “Memayu Hayuning Bawono” di Jakarta, Rabu (9/2).
Menurutnya, peradaban Indonesia yang Pancasilais sangat dipengaruhi identitas budaya dan kearifan lokal yang membentuk rasa nasionalisme manusia Indonesia.
Indonesia merdeka karena rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Kita menjadi Indonesia, tapi tidak melupakan budaya lokal dan siap menjadi manusia Pancasila.
Konteks ini, nilai Pancasila menyatu dengan nilai kebudayaan dan religius kita sebagai sebuah bangsa. Keserasian manusia dengan budaya, termasuk alam mengakar dalam konsep memayu hayuning bawono” tegas Dosen Universitas Krisnadwipayana ini.
Agus Sugiharto M.Si selaku penggiat budaya menambahkan dalam tradisi masyarakat Jawa hubungan antara Tuhan, Alam semesta dan manusia dikonsepsikan secara harmonis. Konsepsi kosmologis Jawa bahwa bahwa alam ini terdiri dari mikrokosmos dan makrokosmos (jagat kecil dan jagat besar).
“Ini diperjelas dalam tujuh gatra, Hamemayu hayuniung tirto (air), Hamemayu hayuning wono(hutan), Hamemayu hayuning samodro (lautan), Hamemayu hayuning howo, (udara), Hamemayu hayuning bantolo(tanah), Hamemayu hayuning budoyo (budaya), Hamemayu hayuning manungso(manusia).
Menjaga ketujuh gatra sama dengan menciptakan harmonisasi manusia dan alam, ini berpengaruh kepada tindakan dan perkataan kita dalam hidup sehari-hari” jelas dalang millennial ini.
Saiful SH.sebagai praktis menambahkan, konsep memayu hayuning bawono dalam filsafat Islam di awali dari konteks. Man Arofa nafsahu fakod Arofa Robbahu.
Sedangkan menurut filsafat jawa menegaskan keharmonisan jagad alit sebagai pribadi dan jagat gede sebagai masyarakat dan dunia. Manusia yang mampu menyatukan keduanya akan menciptakan bahagia, sejahtera, harmonis dan jauh dari sifat serakah.
Sementara Inggar Saputra M.Si selaku peneliti pendidikan menjelaskan, praktek filosofi Jawa memayu hayuning bawono dapat ditemukan dalam keseharian. Adanya pandemic Covid-19 mendidik kita untuk serasi dengan alam, menjaga kesehatan dengan prokes dan menahan diri tidak keluar rumah dengan kendaraan sehingga udara menjadi segar, alam pun terjaga.