Belajar dari Bangkrutnya Buka Lapak ( Inggar Saputra )

majapahittv.com Dalam dunia yang semakin cepat berputar, perubahan adalah sebuah kata yang sakral. Setiap manusia maupun lembaga yang gagal berubah, maka akan ”ditindas” dengan perubahan. Apalagi dalam dunia bisnis yang ”kejam” dimana perubahan strategi bisnis, selera konsumen, dinamika pasar, perubahan regulasi negara dan kecenderungan perlindungan usaha dari kelompok tertentu. Kegagalan mengelola dan menangkap peluang perubahan akan berdampak fatal dengan ”bangkrutnya” perusahaan yang berdampak naiknya angka pengangguran.

Salah satu contoh Buka lapak, raksasa bisnis e-commerce yang terpaksa kalah dalam persaingan bisnis dengan pemain besar lainnya. Tekanan pasar memaksa Bukalapak harus menutup layanan, setelah kalah bersaing dengan Shopee, Tokopedia, Lazada dan Blibli. Padahal dari segi pengunjung, Bukalapak mencatat jumlah pengunjung yang lumayan besar mencapai 4,42 juta orang. Selain itu, dukungan sahamnya juga cukup besar dari perusahaan Emtek mencapai 24,61 persen dan saham publik 53 persen. Tapi kegagalan membaca dinamika bisnis membuat perusahaan ini harus ”minggir” dari persaingan pasar.

Selain ketidakmampuan mengelola perubahan, bukalapak memang diakui kurang mampu berinovasi dan berkolaborasi. Ketika pesaingnya seperti Shope bermitra dengan SEA Group Singapura, Bukalapak tampak kebingungan mencari mitranya. Sementara Tokopedia tak mau kalah mengajak Tiktok dan GoTo sebagai mitra bisnisnya. Ketidakmampuan kolaborasi di era disrupsi adalah kiamat bagi sebuah institusi bisnis, dimana artinya mereka gagal menjalin dan membangun kepercayaan dengan pihak lain. Ini sekaligus menandakan ketidakmampuan mencari mitra yang seimbang dalam membesarkan unit usahanya.

Padahal, persaingan di wilayah e-commerce semakin ketat dengan beragam tawaran yang menggiurkan konsumen seperti promo harga, paket harga lebih murah, jasa kurir yang cepat dan lainnya. Para konsumen mempertimbangkan banyak faktor sebelum memutuskan memilih e-commerce tertentu, dan sekali lagi Bukalapak gagal mengembangkan inovasinya dari segi persaingan harga maupun paket promosi yang menarik. Jadilah kegagalan mengelola perubahan yang cepat, ketidakmampuan kolaborasi dan lemahnya inovasi menjadi pelajaran kita bersama agar tidak mengalami ”kegagalan” hidup seperti yang dialami Bukalapak. Penulis Inggar Saputra ,Praktisi Pendidikan.

Maja tv.